Jumat, 31 Januari 2014

surat terbuka

surat terbuka

Surat ini aku tulis lagi menuju tanda tanya kesekian. Padahal kau tahu, aku menuliskan ini bersama hawa dingin yang menyusup, menguliti rongga-rongga yang mengaga lama.  Angin tak pernah jera, masuk ke tubuhku. Hingga limbung nafasku. Aku ingin mengatakan, mengenai rindu yang telah lama terpendam dalam surat-surat tangan,mengenai hati yang tak pernah terjabar oleh kata kata. Memiris malam ke malam, dengan setumpuk air mata yang menjadi tinta bisu. 

Jangan lagi, kita meniru sebagai bulan dan matahari yang enggan berpamitan secara bersamaan. Matahari yang kini pergi dan hilang ke barat langit. Sementara bulan sendiri, bertapa dengan sayap-sayap jelmaan dewa. Aku lagi menuliskan surat untukmu. Kau baik-baik saja di sana bukan? Memeram lama kenyataan yang mesti kita tempuh secara bergantian. 

Aku ingin jadi satu cahaya yang setia di muka kehidupan. Agar ada juga gelap yang suka mengundang cahaya seperti satu yang ada di aku ini. Senyap ini, kuwartakan dalam kelebat angin persimpangan yang tak pernah menemukan letak halte pemberhentian. Pada sore tadi, aku melihat anak beramai-ramai bermain di pinggir rinai hal ganjil, membelah ingatan-ingatan pecah. Kau telah mengetahui masa laluku tak sesempurna lainnya, banyak retakkan yang kau temukan. Hingga serak nyanyian dalam zikir-zikirku yang entah mengembalikan aku pada kehidupan yang kusyukuri ini. 

Satu siang, setelah kau hapus kata-kata memilih membulatkan kalimat. Katamu, pamit. Dan Bibir kita saling menampilkan senyuman kaku. Kita saling menatap, tapi tak tahu ada di mana mata kita. Tubuhmu jadi makin mengecil dalam pandanganku, ketika langkah kepergianmu menyusul matahari baru. Satu langkah telah memilih mataharinya, dan meninggalkan sinarnya yang tua.

Aku sedang menunggu hujan, lambat laun yang akan menyelesaikan babak-babak yang amat anggun. Kau sedang apa? Mungkinkah, sedang melihat fotoku yang aneh. Antara senyuman dan murung, bahkan seakan melihat dua wajah berbeda dalam satu Pria. Jangan bersedih, aku tak mampu membubuhkan lagi butiran air mata dan menerjemahkannya langsung untukmu saat ini,tak perlu kau risaukan aku,aku sudah terbiasa dihukum oleh waktu untuk selalu menunggumu , menerima kenyataan yang sangat pedih dihatiku kalau kau memang tidak pernah ada disini,dan menjalani sebuah kesakitan yang sangat ku tanggung sendiri bahwa kau tidak pernah mengetahui perasaan ku yang teramat padamu,bahkan kelak ketika kau mendapti surat ini saya hanya ingin kau tau aku begitu sangat merindukanmu dalam perasaanku yang tak pernah berubah,entah denganmu ? ,aku selalu berharap dalam hidup ini memiliki sedikit waktu kesempatan untuk bisa mengungkapkan semuanya kepadamu sebelum nafasku yang kadang tersenggal benar-benar akan berhenti seketika,kadang saya begitu iri kepada orang-orang terdekatmu yang begitu leluasa bisa bertemu denganmu menghabiskan waktu hingga sore hari menikmati indahnya matahari yang terbenam dimata kita yang kian nanar, mungkin kau masih ingat saat orang gila yang kau kenal itu pernah membawaknmu sebuah kue tart yang berantakan pas dihari ulang tahunmu, saat itu sungguh hari yang sangat kacau kukira,ditambah hal-hal yang tidak pernah kau tau yang akan membuatmu tertawa bila mengetahui hal-hal bodoh apa saja yang pernah ku lakukan padamu tanpa pernah kau sadari,tentunya kau tak pernah tau ,kalau diam-diam saya pernah selalu menungguimu untuk berangkat kesoklahmu pada saat itu, lebih sering menyamar sebagai tukang ojek yang siap mengantarmu , tentunya kau tidak bakal mengenaliku dengan skrap dimuka yang selalu menutup sebagaian wajahku , tapi kau memang tidak pernah berubah sejak masih dibangku menengah pertama kau hanya selalu memilih tukang ojek yang usianya tua untuk kau percayakan dirimu diantarnya kesekolahmu pada saat itu,bukan karena saya ingin mendapat kesempatan untuk bisa mengantarmu atau dekat denganmu,tidak. kulakukan itu semua hanya karena saya tidak tega melihatmu terkadang harus jalan sejauh itu atau berdiri lama menunggu kendaraan sembari memakai jaket biru yang biasa kau kenakan hari itu, dan juga mungkin kau tak pernah tau ada pria yang selalu setia menunggumu setiap malamnya melihatmu dari kejauhan disamping "talla" sebuah lapangan sepak bola yang persis berhadapan dengan tempatmu kursus kala itu,bahkan ia hafal jam-jam dimana kau akan pulang ataukah rute jalanan yang biasa kau lalui pada saat kau pulang dari tempatmu belajar,tentu hal gila yang ia lakukan tidak hanya disitu,bahkan ia memberanikan diri menelpon ketempat kursusmu mengaku sebagai tukang ojek langgananmu yang minta untuk dijemput walau ia tau kau lebih senang dan sering pulang dengan berjalan,tentu bukan tanpa alasan,ia seperti itu hanya untuk memastikan kau sudah pulang apa belum kala itu saat ia telah lama menunggumu hingga hampir larut malam disebrang jalan lantas ia belum juga melihatmu pulang , sampai akhirnya ia tau kalo kamu sedang berlibur dikampung halamanmu menikmati masa liburan,pria itu dengan kegilaanya melakukan itu semua hanya karena ia sangat khawatir dengan sikapmu yang terlalu berani sebagai seorang wanita yang selalu berjalan sendirian melewati jalanan yang sepi tiap malamnya,kukira masih banyak hal-hal gila yang tak pernah sempat ia ceritakan kepadamu, ia sadar dengan duduk mendengarkan semua kegilaan yang ia lakukan akan sangat membuang waktumu yang sangat berharga,karena itu ia tidak mau itu terjadi, oleh sebabnya ia banyak memilih diam untuk tidak pernah menceritakan ,bukan karena ia tidak mau berbagi hanya saja ia tidak ingin dikasihani olehmu untuk semua kegilaan yang pernah ia lakukan,baginya biarlah semuanya tetap menjadi rahasia yang akan terkubur bersama jasadnya kelak,ia sadar suatu hari kau akan benar-benar berhasil melupakanya tapi tidak akan pernah benar-benar mudah untuknya seperti itu, dan malam ini, aku lebih mengharapkan kau tersenyum di sana,yang seperti katamu tanpa ada aku dalam alasan dan tidak pernah ada aku didalam hatimu. Dua hal yang mungkin kini jadi berbeda, telinga dan mata. Jangan biarkan matahari kita terlambat datang, di masa kemudian.

10 Juni 2012

Senin, 27 Januari 2014

Kuterima Hujan yang Ada



Ada yang melipathujan di alisnya. Menyusuri kanal sepi kesekian, dengan mata lilin dibalikkegelapan. Ada yang baru kehilangan diri dan kecintaannya pada dingin, pada ingin ke dalam sangkar semesti kita juangkan pendirian.

Di sini hujan memang telah reda, namun menumpuk dan menepuk dahi ingatan dari sengatan waktu yang berkejaran, bersapaan dari telapak ke tegak langit yang mewartakan musim. Musim dingin dianginkan kekesepian.

"Pada bagian mana dari deras hujan yangbelum melukaimu, Rif" terdengar suara wanita diujung pulau, sambilmemekakan kerling mata pada arus ombak dan segala yang ada di depannya. Lambatlaun, hujan menyatukan kenyataan pada basahnya tanah yang diantar.

Ada luka, ada yang disembuhkan. Ada yangmenyembuhkan, ada luka baru. Luka-luka temannya hati yang dikuatkan, palingsahabat dari sebuah ihwal ketegaran dan kekeraban ideologi hidup di sini:bahagia ditemukan, dibuat dari program pembangunan luka.

Ada wanita yang amat mencintai hujan, sepertimencintai hidupnya meski dilakoni sebatang lini hati. Ada laki-laki yang mencintaikesunyian yang telah menumbuhkannya dalam perayaan bahasa basah dan kering,bahasa renyah dan keras, bahasa yang asin dan manis, bahasa hangat dan dingin,bahasa hujan dan angin. Seperti mencintai banyak hidup dalam satu peraga, satulini hati.

Seperti keadaan hawa malam, udara begitu menusukberkamungplase di dada-dada yang belum juga dapat kembali pada mimpinya dibawahselimut, di bawah keadaan harapan, di bawah perayaan keasingan.

Aku suka hujan, sepertimu..
Ia selalu merancang air dari langit agar kembaliturun ke bumi, turun ke tanah. seperti kita yang mungkin bermula dari langit.Hanya bagan keasingan begitu kuat medannya, begitu mengajak kita menemukankata-kata paling tepat dan akurat untuk mendefiniskan apa hikmah dibalik hujanyang kita cintai dalam lini hati. Aku menyukai bau hujan, bau kehausan, bauyang mengajak kita berlarian ke arah yang jauh lebih jauh dari hujan.

Aku suka hujan, sepertimu
Hujan tahu cara memeluk tubuhku
Agar tak palsu bersandiwara
Hadapi keberanian atau ketakutan.

Sepertimu
Diam-diam menghanyutkan lisal segala
ke tiba-tiba.
Dari kesetiaan
Aku terima hujan yang ada
Membenarkan letak permainan kepala
Di bawah-bawah kepalan hujan menuju dada,
menuju harapan yang terus berkobar membakar sebatanglini hati,

Maka pada bagian mana dari deras hujan yang belum melukaimu, Rif.

Jumat, 17 Januari 2014

Semacam Catatan Melankolik


Udara makin panas untuk masuk ke dalam tubuh yang lama mengutub dibagian terkedapnya.Matahari seolah paling meninju-ninju atmosfer yang sudah berlubang-lubang oleh tangisan manusia di dalamnya. Kadang, aku iri melihat orang-orang yang sehat dan tak mudah sakit-sakitan. Tapi Tuhan mengajari kita untuk menerima diri. Mensyukuri tiap hal yang kita dapati, kenakan, dan yang menjadi bagian jalan alur usia.

Siang mencapai pelabuhan senja ini buatku agak melankolik. Pelajaranya ialah respirasi yang baik. Dadaku membengkak terbiasa lari-larian di atas udara. Maka, jalan respirasiku agak sedikit membuat lalu lintas menjadi padat, maksudku sesak. Sudah lama aku ingin menulis lagi. Pura-pura menjadi kecebong yang ingin lekas melompat dari kolam dangkal. Melawan arus badai Hayna.

Setiap hari ialah induk kaset tua yang dapat merekam lalu terbuang dengan biasa. Kadang,orang bisa buat macam hal menjadi ayunan yang kemudian bisa buat tawa di wajahnya atau muram yang sangat asam dan kusam di bibirnya.

Jika musim air datang. Aku biasa menyalakan hujan sekalipun itu di dalam dadaku. Kadang air dapat membuat lunak kawat yang berduri dan kadang ia bisa membuat aliran listrik di tubuhku jadi bahan penghangat yang paling cair, seperti yang berasal dari dua bongkah bulatan mata. Ia buatku makin percaya akan keajaiban Tuhan dan begitulah sejauh ini aku mempertahankan hidupku, percaya keajaiban yang Tuhan tawarkan.

Makin lama hidup, makin sering aku saksikan kematian manusia-manusia pribumi dan ditinggal orang-orang yang dikasih. Kadang, tiap aku menyelesaikan tugas untuk menanamkan kesedihan aku tarik tangan Tuhan dan ia selalu mampu buat geletar dalam kalbuku. Tuhan, ini aku dalam doa. Nafasku seperti ini, kadang mendesak ingin kau suapi udara ke dalam organ, wadahku untuk bergerak. Aku sedang berada di puncak merapi yang punya banyak lembah kelelahan sekaligus kesibukan, tapi kadang menyenangkan meski harus sampai menyeret kepalaku sendiri hanya untuk melindungi lilin kecil agar tetap menyala, dan cahaya itu dapat menjadi bahagia bagi mereka yang buat aku berani punya cita dan tujuan.

Maafkan aku Tuhan...
Sering aku menyusahkan dan berkeluh selain pada-Mu. Ini aku, mahkluk kecil yang pernah Kau ciptakan dengan penuh cinta. Manusia dan cinta memang dilahirkan secara bersamaan. Ini cintaku lagi, lagi untuk-Mu..

-----------------------------
diketik 
pada saat jam di tangan menunjukan waktu pulang lebih cepat. 

Sebuah cerita selepas hujan

Semacam cerita pendek : Orangorangan Sawah dan Seekor Burung Pipit

Di tahun-tahun yang telah berlalu semenjak ia berdiri di tegalan sawah itu untuk menakuti burungburung yang hendak singgah di sekitar sawah yang ditungguinya. Ia, orangorangan sawah itu pernah berpikir dalam diamnya yang abadi, bagaimana mungkin dirinya yang hanya diam menegak berdiri diam bisa membuat burungburung ketakutan untuk hinggap di atas batangbatang padi itu. Ia pernah mendengar cerita dua orang anak kecil yang melintas, bagaimana seorang salik yang sedang menyepi dihinggapi burungburung di atas bahu dan kepalanya karena kedalaman dan tenangnya semedi sang Salik. Begitulah, jauh di dalam hatinya yang tak pernah diam, orangorangan sawah itu tak pernah ingin menjadi alat pemicu ketakutan burungburung. Ia teramat menginginkan burungburung itu singgah di tangan kanankiri jeraminya itu, mendengarkan celoteh dan nyanyian mereka yang tak pernah habis sembari menunggu senja. Baginya, tak ada keinginan untuk ikut berceloteh dengan burungburung itu karena tahu keterbatasan dirinya untuk diam. Maka tiap kali rombongan burung terlihat mengangkasa, api harapan dalam dadanya perlahan membara, terbakar bersama doadoanya yang menjalar melalui jemarijemari jeraminya yang tak kuasa untuk menguncup: agar burungburung itu hinggap di antara tangan dan bahunya. Sayang, doadoanya yang tak pernah berguguran, tak seperti badan jeraminya tak kunjung memekar. Ia pun tetap diam berdiri dalam doadoa yang mengalir.

Sore ini, setelah siang panas tadi yang teramat menyengat, langit tibatiba bermuram durja. Hanya pekatnya hitam yang terlihat merias wajahnya. Sedang angin mulai mengamuk di antara tetestetes hujan yang semakin menebal, membentuk badai. Orangorangan sawah itu masih saja terdiam di antara kerasnya deru badai angin dan hujan. Ia memang tak pernah peduli pada cuaca. Dalam hatinya jika memang hari ini adalah hari terakhirnya berdiri sebagai orangorangan sawah, ia berharap dirinya bisa menjadi tempat berlindung

Kamis, 16 Januari 2014

SENYUMAN HUJAN PADAKU

SENYUMAN HUJAN PADAKU

aku selalu tahu apa yang akan kau lakukan
jika hujan mulai deras, kita memecahkan kenangan
di dalam genangan air yang kotor dan penuh kuman
aku taruh senyummu di sana, di awan yang abu tua
aku simpulkan senyummu di situ juga.
bahkan, aku hanya melihat senyummu saja
antara peristiwa yang kita ketahui,
selalu berakhir memilukan.

jika kita tua nanti, kau akan memilih hidup di mana?
aku biasa hidup dengan puisi, juga sendiri menulisi dahiku.
kau jadi bayang-bayang yang kerap menempel kubentuk.
diam-diam aku meniru senyuman manusia, dan pergi-
tiba
-tiba membawa sekardus catatan kumpulan harapan manusia.

apakah nanti, aku bisa tua juga sama sepertimu?
menceritakan sejarah masa muda kita yang begitu curang
dan lucu, senang hujan-hujanan sampai demam satu bulan.
tapi kita membayangkan senyuman Tuhan yang begitu indah.
senyuman Tuhan yang dipasang di dada dengan lapang.

kau yang menarik hati mudaku.
aku akan menemukanmu kelak
sealbum senyuman yang aku kumpulkan
kita tak memerlukan katalis untuk mempercepat segmen hujan
yang kita jadikan lukisan air dengan figura keajaiban.

jika kelak aku pergi tiba-tiba, sama seperti kelahiran dan kematian.
aku ingin kamu menyimpan senyuman yang sudah sejak lama
aku kumpulkan untuk menciptakan keajaiban..