Minggu, 30 Juni 2013

Aku ingin lelap di kolongMu

Langit tidak menyenja tadi sore
juga malam tidak hendak menyeruak
aku rasa akan tetap seperti mati
pada poros tunggak

" tiada pagi, jika malam tak menjelang " kataMu

aku ingin segera tertidur
di kolongmu yang kutapak
sebelum malam dan pagi kabur
dari peperangan yang saling menombak

namun bumi menutup pori-porinya
hingga hujan mengembang setinggi pintu

" di mana kolong itu ? " tanyaku
" tidak ada tempat untukmu, jika tiada jeda tempat untuku" bisikMu

aku kembali menengok laku yang tertimbun alpa
saat lupa tidak lagi meng-ada-kanMu
sudut kata di nada memulai buta
hujan mengadu domba harap dan takutku

aku ingin lelap di kolongMu,Tuhan
bersama mereka yang kau buka pintunya
dan bersama mereka yang telah damai berpulang
kedalam kerinduan bersamaMu


 

Jumat, 14 Juni 2013

Sekedar Menulis


Dear kawan-kawan pecinta kata yang baik hatinya,seperti yang sudah-sudah saat diwaktu yang senggang bila hari tidak sedang dikejar-kejar kerjaan saya memilih untuk santai sejenak bersama secangkir kopi dan beberapa buku bacaan sembari menyapa dan mengunjungi kawan-kawanku didunia maya sekaligus menikmati beberapa puisi,syair dan beberapa jejak kata dicatatan mereka,seperti saat sekarang ini saya menemukan beberapa puisi yang membuat saya ikut terbakar didalamnya tak jarang saya harus kembali memunguti sisa-sisa kenangan yang dihadirkan sipenulis dalam tiap jengkal rahasia kata-katanya,dan tak jarang catatan kawan-kawan  didunia maya yang sempat kutemui malam ini sangat pandai membuat saya "meleleh" tiap membaca puisi-puisi mereka.

Dari sini saya belajar banyak hal tentang mereka,tentang gaya kepenulisan mereka,karakter mereka,
pesan-pesan yang hendak mereka sampaikan dan kelembutan dari kedalaman perasaan tiap penulisnya sungguh membuat saya kadang merinding dan diam terpaku saat membacanya,akhirnya suasana-suasana seperti itu tak jarang kembali mengajak saya untuk ikut menuliskanya tapi harus mulai dari mana itu yang terkadang menjadi persoalan bagi saya,karna terkadang kata-kata itu sulit untuk keluar menjadi butiran kata yang berlompatan pada sebidang kertas ditiap lembar kelembar berikutnya,bukan karna kita kehabisan kata atau bahan untuk dituliskanya melainkan kata-kata itu terkadang memilih hidup dan membaca untuk diri kita sendiri menjadi bahasa yang mereka pilih untuk kita dengarkan dihati dan telinga kita sendiri tanpa ada yang melihat atau mendengarkanya hingga saya pun tak jarang kesulitan untuk memulai menuliskanya,bila sudah seperti ini terkadang saya mulai bingung untuk meminjam huruf dan butiran kata yang hendak saya tuangkan diatas selembar kertas,kebanyakan saya hanya mendengarkan mereka (kata-kata) berbicara membentuk puisi dan syair yang saling bersahutan ditelinga saya kedalam lobang-lobang hati keingatan-ingatan yang memilih bermakam didalamnya.

Seperti saat-saat seperti ini? Tengah malam, saat jemari gerimis pelan mengetuk jeda sunyi lewat denting tik-tak-nya di genting tiba-tiba secara tak sengaja di antara sepi yang teramat jarang saya jumpai di Ibu kota, saya menemukan sekumpulan koleksi lagu klasik yang telah lama tergeletak tak dimainkan di komputer teman saya? Lalu perlahan untaian nada-nada nan halus itu menari dengan indahnya, membuai saya. Seolah-olah ada sepasang tangan yang tak terlihat menengadah di depanmu, mengajakmu untuk menyelami kembali lembar-lembar kenangan yang entah kapan terakhir kalinya kau buka dan baca lewat untaian nada-nada itu.

Entah, tapi mungkin baru saja saya merasakannya kawan. Awalnya ada sepercik kerinduan yang mulai memekar perlahan, tepat di antara jeda terpecahnya sepi. Seakan-akan nada-nada itu merayapi kepingan masa lalu yang terpencar di setiap ujung terjauh simpul saraf ingatan saya; tentang cerita ketika saya mulai mengakrabi malam, menjabat dingin tengannya, berbincang dengan sepinya hingga kemudian saya mulai terbiasa untuk bersembunyi di belakang kelam selimutnya, menikmati tiap detik yang berlari meninggalkan saya dan malam.

Tapi tidak untuk malam ini,saya menemukan catatan yang berjudul seperti ini "Pasungan Masa-Masa" disalah satu note milik kawan saya  Azure Azale saya tidak sendiri menikmati luka ibu kita,anda,ataupun kalian yang masih memiliki ibu atau pernah sempat memilikinya,dalam catatan Kawanku itu betapa saya harus membayar mahal tiap jerih payah orang tua kita,kau benar kawan api-api itu mulai membakar saya juga malam ini,bila boleh saya memlih terbakar didalamnya demi bisa membalas kebaikan mereka yang kukira takan pernah mampu untuk kita balas,meski demikian saya senang membacanya ada sedikit kerinduan yang tersampaikan dan terwakilkan oleh catatan kawanku itu kepada ibu kita agar lebih bisa menghargainya,hanya saja kuliat beberapa waktu belakangan ini kau jarang menulis lagi diblog atau sekedar difacebook yang kau miliki,terlepas dari itu saya belajar banyak hal dari dia terus terang saya sangat salut pada kawanku itu semakin hari ia mulai terbiasa meramu kata-kata,,tiap jengkal kata-katanya sangat indah dan enak untuk dinikmati,sejak pertama mengenal kawanku itu  meski belum pernah sekalipun benar-benar bertemu dan membaca catatan pertamanya saya yakin suatu saat kawanku ini akan menjadi seorang penulis besar dinegri ini,kenapa karna saya melihat "laut" di matanya,laut yang dimana matahari pun padam dan teggelam didalamnya,hanya saja ada satu hal yang kukira kau perlu sedkit benahi kawan ya itu "hatimu" untuk tidak sering terlalu berlarut-larut dalam ''kegalauan'' yang mungkin sering melandamu karana kukira kau akan sangat membutuhkanya untuk menyelam didalam sana,terlalu banyak hal yang aneh yang kan kaudapati dan juga membuatmu bingung untuk mengarunginya bahkan sebelum sempat engkau sampai didasarnya.

Sekian dulu,kuharap dirahasia dunia kata kata-Nya kita semua masih sempat dipertemukan lagi,dan
 meminjam kata-kata ajaib sahabat penaku Azure Azalea,sebelum berpamitan dan salam penutup dariku,

''Hari ini indah esok juga indah''


 ya hari ini indah dan akan selalu indah sahabat,
kukira. . .



~Makassar,14 june 2013~

Kamis, 13 Juni 2013

Duhai Tuhan Yang Maha Baik Aku Hanya Ingin Pulang Ke Rahim-Mu



Ya Tuhanku,
di mana letak hatiku di saat aku mengaduh
mataku gelap bagaikan gelapnya samudra tanpa cahaya
hatiku kosong bagaikan lupa di isi oleh sejuknya cinta yang mengalir hangat,
yang lembut, namun bagaimana bisa aku lupa akan diriMu?
aku tak tahu, apakah pernah aku teringat akan dengung hadirMu?

Ya Tuhaku,
telah kupatahkan tulang rusukku dan aku berjalan kesakitan
dan kuseret semua kepayahan ini bagaikan manusia tanpa mata dan rasa
kukutuk bintang dan aku tenggelamkan pikiran pikiranku menuju lembah kesunyian
aku tak menemukan apa apa, aku tak juga menemukanMu?
beranda rumahMu semakin tak tembus dalam kabut kegelisahan hidupku

Ya Tuhaku,
ku gambar raut mukaku pada tembok yang mulai runtuh, lalu aku corat coret dengan
hujatan yang membuat aku semakin tenggelam dalam kegilaan tanpa doa
kemana lagi aku harus bersujud dan kemana lagi aku harus menengadah?
aku tak tahu kiblatku telah di jarah oleh kebencian yang membutakan hatiku yang paling intim
luka yang disayat waktu telah menolak untuk menekukan rukuk dan pilukan hati ini berkali kali?

Ya Tuhanku,
aku ikat jantungku pada sekumpulan serigala dari balik kamar yang berisikan derit yang menyakitkan
kusembelih lidahku dari ayat ayatmu lalu aku membalikkan badanku dari panggilan panggilanmu
masihkah aku seorang manusia atau hanya kayu bakar bagi luasnya api yang menghanguskan?
aku tinggalkan semua perintahmu dan ingin sekali diri ini menembak mati malaikat malaikatmu
dan mereka yang berjalan disebelahku ingin kumakan dengan kesombonganku yang tak terjawab

Ya Tuhanku,
ku jelajahi luasnya buku buku namun yang aku temukan mereka yang telah menggantungMu dari balik bukit pertapaan waktu
setankah aku yang telah mengikuti dakwah iblis dalam kitab sucinya yang paling kotor?
kubentangkan jiwaku pada luasnya langit yang tak bertepi, memanggil manggil mendung dan menyingkirkan matahari lalu aku robek bulan yang kemuning tepat di bola matanya
hiduplah aku sebagai sebatang kayu yang dialirkan sungai yang tak bermuara

Ya Tuhanku,
di mana lagi aku harus aliri darahku yang sudah lama tak menyebut suci namaMu?
jiwaku telah dijangkiti kerusakan yang tak bisa aku rasakan, aku mati tapi aku hidup
segala sembahku telah aku belokkan ke jurang kegilaanku yang paling dalam
luputkah aku dari hardikanMu yang paling binasa? Atau anginlah yang kau bawa namun kulitkulah yang mati rasa?
biarlah mungil semut yang mengajariku doa sebelum aku tumpas ditelah lupa dan luka

Ya Tuhanku
aku ingin kembali, kaki kakiku tak kuasa lagi menembus belukar dan
menangislah semua tubuhku dan bergemerataklah seluruh sususan jiwaku saat Engkau tinggalkan
aku ingin pulang, pulang ke arah timur yang telah aku lewatkan selama ini
kemana lagi aku harus bersembunyi dari kengerian dunia ini kalau tidak aku harus kembali ke dalam rahimmu yang paling dalam wahai Tuhanku yang tak bisa kubaca lewat teriakan teriakan?
aku ingin kembali dan pulang ke asal mula diriMu, ke asal mula Aku



senin 25 februari 2013
18:56


Selasa, 11 Juni 2013

karna kita begitu yakin


begitu banyak gelembung dari lubang-lubang dada
yang harus kita tekan kembali, sebab
pecahnya sering tak sewarna dengan bola mata

ada yang tak mampu membentangkan cakrawala
dan cahaya itu begitu paham, kita memantulkan warna
yang tak juga pernah sama, dan di tiap hembusan napas
angin dengan setia menyimpannya dalam cuaca

menjadikannya musim tempat kita berkaca
kembali mengeja dan membaca apa yang
telah kita pinta dan terima

dan ketersesatan selalu menyisakan bintang di langit
sebab kadang kita lebih menyukai kegelapan
dan kita yakin ia akan selalu menunjuk-kan
arah ayun ke satu titik

saat berayunpun di seutas dalamnya kegelapan itu
kita juga selalu yakin, akan selalu ada
kata sambut di setiap kejatuhan

kegelapan tak menjerikan, meski
sering membenturkan ke tembok-tembok batu
atau tiang- tiang penyangga langit, lalu
kita menengadah dan menganggapnya sebuah lengkungan
menjelmakannya tanda tanya, memanjatnya dengan doa
sebab kita selalu yakin, ia selalu ada di seberang sana

lalu kenapa kita selalu menorehkan luka
di tiap kelahiran anak-anak kita kelak
,
atau memang kita tak sanggup membaca cuaca?
atau letup gelembung itu memang telah memecahkan
kedua mata kita


pada sebuah kata yang lupa kau kenang

Untuk sebilah tubuhku yang disana
Aku tak mencarimu

Kau datang dengan sejuta percikan mata air
Wajahmu adalah sentuhan yang membawaku harus mengandung
dan melahirkan kata-kata hingga aku bosan mengenangnya
Namun kau adalah sumur yang tak pernah padam dari memancarkan airmu
Tak pernah surut menjalani ketetapanmu yang membawaku pulang
Aku masih berkelana, di bulan ini, kau paku diri menjadi sosok yang seketika lupa kemana
dan dimana tempat kembali
Hari hari berjalan sekencang suaramu yang menyapa dalam angin semilir keresahanku
Bersamanya kau menyantap dan kencing, serta memuntahkan racun,
juga mengeluarkan madu yang masih saja belum kucicipi
Aku sedikit gugup ketika kau kabarkan pada sang penentu,
kapan kita menentukan tanggal untuk pulang dan menuliskan dan melahirkan beribu rahim kata?
Aku hanya terpana, masih melihat kata yang luput dari pembacaan kita, Sebab kita tidak sedang berkata-kata, namun menyiapan bekal untuk perjalan kita pulang nanti.

Perihal saya Dan Secangkir Kopi Malam Ini



Dear kawan pecinta kata yang baik hatinya
entah mengapa beberapa hari ini perasaan saya selalu sangat mudah terbawa oleh susana
bila boleh digambarkan mirip seperti seekor ikan kecil yang hanya ikut kemana arus membawanya pergi
atau bisa jadi karna suasana-suasana yang menghinggapi belakangan ini terlalu syahdu kata bang Roma
yang juga salah satu pentolan dangdut di negara ini,tapi hubunganya apa raja dangdut dengan perasaanku
yang belakangan ini seperti lagu-lagunya yang slow itu ?
tidak taulah sayapun enggan untuk berpikir terlalu jauh kesana,saya lebih memilih untuk kembali meneguk secangkir kopi susu yang sudah dari tadi memilih diam menunggu giliran untuk berseluncur disepanjang lidahku.

Sambil sesekali diam menikmati hening dan merasai perasanku saja yang sekarang lebih tenang namun terasa pedas didalamnya bukan karena tadi sore saya sempat makan dua porsi nasi padang lengkap dengan beberapa potong daging rendangnya,kali ini saya tidak terlalu ingin bercerita tentang ini itu,saya hanya ingin menulis yang lagi-lagi hanya tentang diri saya tentang kebiasaan-kebiasaan saya yang senang menikmati beberapa gelas kopi bersama teman bacaan yang kadang membuat saya tertawa sendiri,senyum-senyum sendiri yang mungkin membuat orang yang melihat saya mulai berfikir mungkin saya sudah gila karna terlalu memikirkan seorang gadis berlesung pipi itu yang tak kunjung berani saya temui.


Tapi ko harus gadis berlesung pipi ya dalam lamunanku ? kenapa bukan gadis berpinggul biola saja yang hadir ?
diam-diam saya mulai menemukan jawabanya dimatamu,saya sadar bahwa selama ini memang gadis berlesung pipi ini yang lebih sering mengisi ingatanku ia memilih mataku sebagai tempat tinggal barunya,tak apalah,kukira engkaupun selalu senang membelai mataku yang senang mengenang matamu bukan ?
sedikit narsis tapi penuh dengan kepercayaan diri yang tinggi sampai tidak pernah berani hanya untuk sesekali benar-benar menatap matanya yang aduhai itu,bukan karna saya takut,hanya saja saya tidak pandai untuk berenang bila saja harus jatuh lagi dan hanyut dalam sungai-sungai dihatimu yang deras mengngalir kelubang-lubang hatiku.

hanya sekedar menuliskanmu saja butuh berton-ton keberanian dan kata-kata ajaib yang kadang hasilnya pun tidak pernah sesuai apa yang ada diperasaan untuk menuliskanya dengan ujung-ujung jari yang seperti memlih versi kata-katanya sendiri,entah karna masih belum koneknya antara rasa dan ujung-ujung jariku atau karna "perihalmu" yang membuat perasaan dan ujung-ujung jariku terhipnotis saat ingin menuliskanya,tapi sudahlah dengan inipun saya masih tetap menikmatinya,setidaknya saya masih bisa "merasaimu" dan benar-benar berani menyapamu meski lewat dunia rahasia kata-kata-Nya,tapi sampai disini ko critanya mulai ngawur ya,bukanya tadi niat awal tulisan ini untuk menuliskan segala seusatu tentang saya dan sesuatu yang lain namun masih tetap ada hubunganya dengan saya,ko malah merambat pada senyummu,mata beningmu,dan lobang-lobang hatimu yang mulai sampai dimataku,sudahlah sebelum semuanya menjadi lebih ngawur mungkin baiknya saya kabur dulu,bukan karna tidak ingin menuliskanmu lagi,hanya saja saya lebih senang mengenangmu dan menuliskanmu diam-diam tanpa ada yang bisa membacanya,kalo istilah anak-anak muda jaman alay bin lebay seperti sekarang ini,biar "Tuhan dan saya saja yang tau" katanya.

Sudahlah, saya lebih memilih kopi untuk kembali mencairkan suasana yang sedari tadi sudah setia menunggu giliran untuk mencicipi lidahku.  lagi,lagi,dan lagi. . . .
------------------------------------------------------------------

sedikit tentangku untukmu




·
Puisi ini ku tulis saat aku begitu merindukanmu

Di setiap helai-helai waktu yang perlahan gugur

Dan pergi seiring rona langit yang semakin jingga

Hilang di balik kabut yang menyelimutiku dingin

Hingga malam bersenandung lirih, Tak lagi terdengar hembusan angin...

Sepi...



Aku hanya menyayangimu...

Hanya itu...!

Walau aku tak lagi tahu dimana kini kau berada...

Karena ada satu tempat di hatiku yang telah kuhiasi dengan semua tentangmu

Semua yang ku kenal dari dirimu

Kau ketika tersenyum, tertawa dan menangis...

Kau yang selalu bercerita tentang apa saja yang kau pikirkan saat itu,

hingga kurasakan dedaunan pun tersenyum...

Hari-hari menjadi rimbun, teduh seolah mentari tak ingin mengusikmu



Kau begitu berarti bagiku

Di sini aku selalu mengenangmu

Semua tentang dirimu

Bahkan ketika tak bisa kutemukan jawaban di hatiku

Apakah kau meninggalkanku?

Atau memang takdir yang harus membawamu pergi?



Biarkan aku tetap di sini

Di beranda senja yang selalu melukiskan namamu

Agar suatu hari jika kau melihatku di sini

Dapat ku katakan

"Aku masih seperti yang dulu..."

Hanya musim yang berubah dan membuatku sedikit layu



Biarkan aku tetap di sini

Menemani setiap denting waktu yang semakin memudar

Namun di manapun dirimu saat ini

Aku ingin kau tahu

Aku ingin bisa tersenyum bersamamu

Walau kita tak bisa tahu masanya...

Walau kita di tempat berbeda...