Jumat, 28 April 2017

Semacam Coretan


Sepasang mataku dirancang Tuhan secara khusus dan ia--- Alhamdulillah, mendapatkan anugerah gampang terkesima mentakzimi parasmu. Barangkali tujuan utama Tuhan menciptakan sepasang mataku agar airmatamu mengalir ke muara yang tepat, atau diciptakannya sepasang mataku ini agar kesedihanmu dapat pulang ke rumahnya, karena aku kurang yakin jika ia dibebani kewajiban hanya untuk suntuk memandangmu.
Sepasang mataku sudah belajar dengan tekun untuk berjihad melawan kantuk, agar lelapmu ada yang senantiasa mengawasi. Sepasang mataku sering menantang malam dan ia bertugas menjadi peronda, agar malam-malammu ada yang hikmat menjaga.
Jangan berpaling, biarkan sepasang mataku menunaikan inti amanat yang dilimpahkan oleh lubuk terdalam kerinduanku.
Maafkan jika kau kerap silau pada sorot mataku, ia gampang menyala jika terpercik kerdip matamu. Mungkin Tuhan menciptakan insomnia agar sepasang mataku jadi berguna. Dan aku percaya Tuhan menciptakan sepasang matamu tak lain hanya agar sepasang mataku menemukan cara untuk melihat Tuhan.

Rabu, 26 April 2017

Semacam Coretan

Ada saat dan tempat dimana seseorang mesti memisahkan antara Harapan dan Angan-angan. Bahwa Harapan adalah perjuangan, laku kolektif yang diekspresikan hampir membutuhkan setiap bagian dari tubuh, dan angan-angan adalah kosong, dan kosong adalah pernyataan tentang kekecewaan yang belum tiba waktunya---kemarahan terhadap birahi yang tak selesai.

Mencintaimu, itu artinya harus ada upaya untuk menyelamatkanmu dari apapun yang bisa menyakitimu, upaya itu hadir sebagai bagian dari pelaksanaan harapan. Jika tak ada upaya apapun, sementara saya mencintaimu, itu berarti saya telah memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyelamatkan Yang saya cintai dan membiarkan Yang saya cintai diteror, direbut dan dimiliki orang lain.

Dengan kata lain, harapan adalah konsep, dan praktiknya adalah membuatmu tersenyum, sebuah pelaksanaan yang disusun dari Sintesis-Apriori---tentang cinta yang menghadirkan keberanian untuk berjihad melawan marabahaya.

Saya jadi ingat dawuh dari Ibnu Athoillah; Arrojau ma qoronahu amalun, wa illa fahuwa amniyatun--- Harapan adalah sesuatu yang disertai dengan pelaaksanaan, jika tidak maka itu hanyalah Angan-angan.

Akhirnya, saya akan mengutip penutup dari sajaknya Sapardi yang berjudul Dalam Doaku: ''Aku mencintaimu, itu sebabnya aku tak akan pernah selesai mendoakan keselamatanmu''.

Semacam Coretan

Sampai saat ini pun tak aku tahu

hakikat pengertian cinta,

tapi aku bisa menyimpulkannya

hanya dengan menyebut namamu.

Dan

karena cinta itu jauh lebih luas

dari apa pun yang pernah ada,

maka aku ingin meringkasnya

dengan terus mendoakan

keselamatanmu,

Kebahagiaanmu.

Selasa, 25 April 2017

Semacam Coretan

Setiap jengkal yang kulewati--- kesedihan, kegetiran, duka, derita, airmata, tangis, termasuk juga kebahagiaan, tawa, riang, gembira, dan seluruh perasaan yang pernah kualami--- hakikatnya cuma untuk mempersiapkan pertemuanku denganmu. Pendeknya, seluruh yang kualami dulu semata untuk menyongsong kebersamaan kita kini.

Sungai yang panjang, berkelok, berliku, penuh terjal-- arusnya selalu bergerak dan mengarah ke satu muara. Aku sungai itu dan kaulah muara. Aku berhenti di kamu. Kau puncak gunung--- Dan untuk mencapai sana aku harus menempuh tebing, jurang, lereng yang terjal. Perjalanan yang meletihkan.

Setiap yang matang selalu berangkat dari mentah. Ia terlibat dalam proses untuk menjadi Matang. Gandum ditumbuk dan dibakar agar menjadi roti. Padi dirontokkan, disekam dan digiling agar menjadi beras. Aku dihantam kesedihan dan dilibas kegetiran agar aku benar-benar telah Siap dipertemukan denganmu.

Cinta yang kini sedang berlangsung adalah hasil dari seluruh antah-berantah yang telah aku alami. Cintaku padamu adalah akumulasi dari sekian macam kepayahan. Cintaku padamu ini terbuat dari kegetiran dan kesedihan yang sudah damai terbaring di masa laluku. Cintaku bangkit dari makam dan bersimpuh di haribaanmu.

Semacam Coretan

Demokrasi.

Kau tak tersinggung ketika mendengar aku menyatakan suka kopi hitam pekat, dan aku tak sakit hati ketika melihatmu memesan teh. Kita sama-sama tak naik pitam saat kau bilang teh lebih wangi ketimbang kopi, dan aku bilang sebaliknya.

Kita tak pernah saling umpat hanya karena kita beda pendapat, kita tak pernah marah cuma sebab beda arah. Jiwa kita matang oleh pergesekan, dan perbedaan di antara kita sebenarnya hanyalah untuk menanak kesadaran kita, bahwa nyala lilin dan obor bersumber dari api yang sama, bahwa cahaya selalu butuh gelap agar keberadaannya dapat menerangi.

Aku menamaimu cinta, dan kau menyebutku kasih-sayang. Aku memanggilmu kembang, dan kau menyapaku bunga. Kau lebih suka menganggapku masa lalu, aku lebih senang mengibaratkan kau kenangan.

Adakalanya Demokrasi bisa sesederhana itu, Kekasih.

Minggu, 16 April 2017

Semacam Coretan


Ketika perempuan berbicara, lihatlah apa yang dikatakan oleh kedua matanya. Dan sepasang mata, seperti halnya buku, ia berhak untuk dibaca. Meski kau tak akan sanggup memahami satu pun kata yang disampaikan oleh kedua matanya.

Sebab membaca mata perempuan, seperti doa. Kita berdoa tidak agar diberi sesuatu, melainkan lebih karena yang memerintah Tuhan, bukan?

Dan begitulah.. Pada akhirnya, Tuhan menciptakan perempuan untuk dicintai, tidak untuk dipahami. Sebab di hadapan perempuan yang dicintainya, lelaki tak ubahnya burung di hadapan alam raya.

Semoga sepasang matamu tetap mengandung daya untuk bisa dirindukan. Sebab Tuhan menciptakan sepasang matamu agar sepasang mataku dapat melihat keindahan Tuhan.

Senin, 03 April 2017

Semacam Coretan Yang Hadir Dari Masa Lampau


Mungkin puisi ini tidak sempat kaubaca, aku tahu bahwa bersamaku bagimu adalah derita. Aku pun paham kaumenjauh demi airmata tak luruh. Mengingatku, barangkali mustahil kaulakukan. Kenangan tentangku mungkin sudah kaugugurkan. Seluruh kisahmu denganku mungkin kaubiarkan melayang, sehingga riwayatku di buku batinmu tak ada, tak ada lagi sepercik bara cinta yang kaunyalakan.

 

Maafkan aku bila masih rutin mengenangmu demi perasaan perih kembali pulih. Maafkan aku bila masih tekun mengingatmu hanya karena aku tak sanggup melupakanmu. Maafkan aku bila masih rajin menghayati betapa pernah sekedar pernah jalan bersamamu adalah Anugrah.

 

Aku tak berani berharap lebih kepadamu, aku Cuma ilalang dan kau bulan, cukuplah bagiku mendapat pendaran cahayamu dari kejauhan, sebab apalah aku, memandangmu saja sudah terlampau membahagiakan. Entah untuk sampai kapan aku terus rela tersangkar dalam perasaan pedih ini, aku hanya tahu bahwa mengingatmu adalah ilham bagi sebaris puisi.

 

Kautak perlu bertanya mengapa selama ini---semenjak mengenalmu, aku rela menanggung keperihan. Sudah cukup bukti bahwa aku mencintaimu; Luh yang berlelehan, namamu yang tanpa jeda kubisikkan, dan aku tak perlu bertanya Apakah kaumencintaiku? Tidak, aku tak hendak menanyakan apakah sama getaran didadamu denganku. Sebab aku terlanjur pasrah digiring ke padang takdir. Kalaupun aku layak menjadi kakek dari cucumu, Tuhan lah yang memberi hak kepada malaikat untuk lalu menemukanku denganmu, bilapun aku patut menjadi bapak dari putramu, Tuhan pula satusatunya satu yang memberi wewenang.

 

Mungkin puisi ini tidak akan kaubaca, aku tahu bahwa mendengar namaku saja barangkali sudah tak sanggup membuatmu tesenyum. Dan tahu akan kabarku mungkin sudah tak lagi kaucari, sebab menyebut namaku saja barangkali sudah melulu luput kaulakukan.

 

Maafkan aku bila masih saja kupelihara perasaan ini, merawat dengan hikmat kenangan denganmu, menjaga kisah bersamamu melalui puisi. Meski aku tahu bahwa kau tak akan membaca puisiku ini.

 

 -----------------------

 

Demi lengkung langit tempat Tuhan memelihara gemintang

aku menujumu melalui lorong lengang dan rentang kenang

dimana rindu menghubungkanku ke bagian terjauh dalam dirimu

mencari tempat berkholwat, menghayati keperihan sebagai kamu

 

Airmata adalah kereta yang mengantarkanku sampai kepadamu

Gerbong yang mengangkut katakataku, mengusung segala pilu

Melaju melintasi relung rel yang menjurus ke ruang terdalam dari dirimu

Tak akan henti, cintaku. Tak akan. Sebelum tiba ini keretaku

 

Berbaringlah dan izinkan aku membelai rambutmu yang tergerai

akan kubisikkan kepadamu serunai kisah yang berkelok bagai sungai

atau menangislah semaumu sampai sembilu lenyap kedalam rindu

dan biarkan aku menjadi orang terakhir yang menyeka luh-mu itu

 

Demi luas laut tempat Tuhan merawat ombak dan gelombang

aku menempuh samudra ke arahmu dengan layar terpasang

dan di antara kita ada riwayat yang musti senantiasa kuingat

sebab melupakanmu sesaat adalah keperihan hakekat

 

 

11 January 2012