Rabu, 29 Maret 2017

Semacam Coretan

Doa

Aku sering mendoakan dirimu melebihi diriku sendiri, karena mendoakanmu sama saja artinya mendoakan diriku. Ketika aku mendoakan dirimu bahagia dan dengan kehendak Gusti, kau dapat bahagia--- meski bahkan jika kebahagiaanmu tidak lantaran doaku, aku tetap akan merasa doaku diijabahi.

Itu sebabnya, ketika aku ingin bahagia, secara reflektif, aku akan mendoakanmu sebagai proses mencapai kebahagiaan, sebab dalam tinjauan psikologi, itulah yang paling masuk akal.

Dan melihatmu bersedih adalah isyarat kalau doaku belum diijabahi.

Kebahagiaan, seperti halnya doa; selalu punya alamat. Kau alamat bagi kebahagiaanku. Kau tanah, dan doa-doaku adalah hujan yang tak lain akan tiba di haribaanmu.

Selasa, 28 Maret 2017

Doa Penggembala


Suatu ketika Musa melihat seorang penggembala di tengah jalan dan mendengar ia mengucapkan doa yang tidak biasa dari mulut penggembala tersebut, "Tuhan, dimana Engkau berada? Jika bisa ke tempat Mu,  aku ingin memperbaiki sepatu Mu, menyisir rambut Mu dan mengambil kutu kutu di rambut Mu. Aku ingin  menghidangkan segelas susu, mencium tangan dan kaki Mu yang mungil saat Engkau akan pergi tidur. Aku ingin menyapu kamar Mu dan membuatnya bersih dan rapi. Tuhan, domba dan kambing milikku adalah milik Mu. Semua yang kuingat tentang Mu adalah aaayyyy dan aahhhhhhh". Musa tidak dapat menahan rasa marahnya lalu berkata: "Siapakah dirimu yang begitu lancang berdoa dengan cara seperti itu kepada pencipta manusia dan kepada yang mencipta langit dan bumi. Jangan berbicara tentang sepatu dengan Tuhan! Dan apapula maksudmu dengan ucapan tangan yang mungil? Begitu melecehkan sekali caramu berdoa kepada Tuhan, seolah olah engkau berbicara dengan pamanmu. Hanya manusia yang butuh susu dan sepatumu, bukan Tuhan!" Mendengar ucapan Musa, penggembala merasa menyesal bercampur sedih dan seketika itu ia merobek robek bajunya serta berlari menuju padang pasir.

Tiba tiba ada penyingkapan kepada Musa dan terdengar suara: "Hai Musa, engkau telah memisahkan Aku dengan hamba Ku. Bukankah engkau sebagai nabi diutus untuk menyatukan bukan untuk memisahkan. Sesungguhnya  Aku telah menetapkan setiap makhluk cara mengetahui dan memuja dengan caranya masing masing. Apa yang kelihatan salah bagimu bisa jadi adalah benar baginya. Apa yang beracun bagi seseorang bisa jadi adalah madu bagi yang lain. Status mulia atau rendahan dari seseorang serta teratur dan tidak, dalam ucapan saat bedoa, tidak ada hubungannya denganku. Aku terpisah dari itu semua. Cara berdoa ataupun memuja tidak  diukur dengan lebih baik atau yang lain lebih buruk. Semua pujian kepada Ku adalah baik. Aku tidak mengutamakan tindakan pemuja dan kata kata doa mereka. Aku melihat kerendahan hati dan ketulusan mereka. Lupakan kata kata. Aku ingin hambaku terbakar, terbakar dengan hasrat cintanya saat memuja Ku. Mereka yang peduli dengan tindakan dan kata kata adalah satu hal namun kekasih yang mencinta dan berdoa dengan tulus adalah suatu hal lain lagi. Jangan mencaci hamba Ku yang mencintai Ku. Cara yang mungkin terlihat 'salah' yang ia ambil lebih baik dari ratusan  cara yang 'benar". Di dalam Kabah tidak masalah kemanapun sajadahmu  diarahkan. Penganut agama cinta selalu mengisi hatinya dengan ingatan tentang Tuhan.

Setelah mendengar hal itu, Musa tersadar dan kembali kepada dirinya. Ia merenung dan menyadari betapa menyesalnya telah memarahi si penggembala. Musa segera mengejar dan mencari penggembala tersebut dan akhirnya berhasil ia temui dan berkata kepadanya, "Aku salah, hai penggembala, Tuhan telah menyingkapkan kepadaku bahwa tidak ada aturan dalam memuji dan berdoa kepada Nya. Katakan apa yang engkau sampaikan dengan cinta yang bersemayam di dadamu dengan cahaya ketulusan hatimu bersemayam disana." Penggembala balas menjawab, "Musa, aku telah melampaui semua itu. Engkau bagaikan telah mencambuk seekor kuda sehingga berlari dengan kemauannya sendiri. Terberkatilah kemarahanmu kepadaku. Kini aku tidak dapat menjelaskan lagi bagaimana keadaanku kini. Apa yang aku katakan bukanlah kondisi diriku yang sebenarnya. Penggembala kemudian kembali diam di kuasai suasana keterserapan dirinya dengan Tuhan. Ketika engkau melihat cermin maka engkau melihat dirimu, bukan keadaan cermin. Pemain seruling meniup serulingnya dan yang memainkannya adalah dirinya juga. Kapanpun engkau memuji atau berterimakasih kepada Tuhan maka lakukanlah dengan cara kesederhanaan seperti si penggembala lakukan.

The Book of Love:
Poems of Ecstasy and Longing
by Jalaluddin Rumi
tr: Coleman Barks

Minggu, 26 Maret 2017

Semacam Coretan


Teruntuk putry kecilku

Berjalanlah didunia ini dengan panduan cinta-Nya agar engkau tak mudah tersesat saat menentukan arah hatimu.

Karena dari-Nya engkau akan belajar cinta yang sempurna.
Tentang cinta yang tak terucap,namun itulah cinta paling agung yang hanya dapat dikenali oleh hati yang lapang.


Sebentuk cinta altruistik, yang diberikan tanpa berharap balas.
Sebuah cinta tanpa alasan, tanpa pamrih, tanpa permintaan jawaban dan balasan.

Yang mungkin bisa saja kau dapati, semisal pada seseorang yang saban hari selalu mengusir nyamuk dari dekatmu ketika kau sedang tertidur, yang juga mendo'akan keselamatanmu diam-diam tanpa kau tahu, yang ikut bersyukur dari kejauhan saat kau bahagia, dan ikut menangis sendirian ketika kau sedang terluka, itulah cinta yang tak terucap,yang mungkin hanya kau dapati pada sosok ayahmu yang sekalipun sangat tegas dalam prinsip tapi percayalah iapun juga sangat mudah tersentuh oleh hal-hal kecil.


Ataukah pada seseorang yang membenahi selimutmu ketika kau terlelap, yang mengingat dan memikirkanmu saat kau jauh,yang selalu setia menjadi pendengar terbaikmu ,yang selalu menyiapkan pelukan terhangat saat kau butuh tempat untuk meluapkan tangismu , yang selalu menyambutmu dengan hati terbuka kapan pun kau datang, yang memasakkan makanan kesukaanmu demi membuatmu tersenyum, itulah cinta yang tak terucap,yang mungkin akan kau dapati hanya pada sosok malaikat seperti ibumu.


Tidak setiap orang mampu memberikan cinta seluhur itu bukan ?
karena penerimanya pun kadang tak sadar dan tak pernah tahu.


Meski kita kadang ingin mendengar seseorang menyatakan cintanya kepada kita, namun sering kali cinta teragung itu terucap tanpa kata-kata.


Cinta yang diberikan dalam diam.
Cinta yang diwujudkan dalam tindakan.


Cinta yang bahkan tak meminta balasan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Diketik saat penulis begitu dalam memandangi wajah putri kecilnya.