Untuk sebilah tubuhku yang disana
Aku tak mencarimu
Kau datang dengan sejuta percikan mata
air
Wajahmu adalah sentuhan yang membawaku harus mengandung
dan
melahirkan kata-kata hingga aku bosan mengenangnya
Namun kau adalah
sumur yang tak pernah padam dari memancarkan airmu
Tak pernah surut
menjalani ketetapanmu yang membawaku pulang
Aku masih berkelana, di
bulan ini, kau paku diri menjadi sosok
yang seketika lupa kemana
dan dimana tempat kembali
Hari hari berjalan
sekencang suaramu yang menyapa dalam angin semilir keresahanku
Bersamanya kau menyantap dan kencing, serta memuntahkan racun,
juga
mengeluarkan madu yang masih saja belum kucicipi
Aku sedikit gugup
ketika kau kabarkan pada sang penentu,
kapan kita menentukan tanggal
untuk pulang dan menuliskan dan melahirkan beribu rahim kata?
Aku hanya
terpana, masih melihat kata yang luput dari pembacaan kita, Sebab kita
tidak sedang berkata-kata, namun menyiapan bekal untuk perjalan kita
pulang nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar