Senin, 09 Desember 2013

DI HARI MATA INDAHMU, TUHAN


TETAPLAH DI SINI...

Seorang anak kecil itu kini kulihat ia tumbuh dan berkembang seperti manusia sewajarnya, Tuhan. Sewajar bahagia dan kesedihan menindas raut matanya. Aku senang melihat ia tumbuh dan bergerak menyatakan, cinta diam-diam tumbuh besar di dirinya. Aku terhanyut, ia peluki aku. Seperti akan menjadi pelukkan terakhir. Seolah kami ditantang untuk menghadapi kesempatan terakhir.

Ketinggian. Ia sangat menyukainya. Oh .. Tuhan, ia punya bundaran mata yang indah. Suka menyimak mataku di matanya, ketika kami bicara. Ia tumbuh begitu ajaib, sampai ia dapat berbicara hal yang buatku cukup merasa nyaman. Ia kini sering memanjat, menaiki gunung, dan menaklukan tapal-tapal angkasa.

Kami telah bangun sarang di wilayah rahasia, di dalamnya kami menyekap banyak hal dengan nafas yang acapkali terengah-rengah. Tiap pagi datang, kami merasa senang masih dapat bangun bersama-sama, menyambut hari baru padahal tak pernah melahirkan nama hari baru. Ia bangun dan menjadi senyuman awal, langkah kami masihlah Engkau.

Aku tahu ia masih sangatlah kecil, untuk mengetahui apa yang aku sembunyikan sepanjang hidupku ini. Tapi ia gadis yang pintar, tak pernah bosan untuk ada dalam pertanyaan. Cara itu, buat banyak pengakuan dan kukenalkan juga ia pada-Mu, sejak ia bertanya manusia itu apa? Dan kenapa kita punya cinta tapi ada yang menghakiminya untuk menjadi senjata perang dunia?

Aku katakan padanya, kami harus bertahan. Hidup lebih lama lagi, mempertahankan tali yang sudah diikat jauh ke luar dimensi. Kami tak menjauh dari jiwa yang asing. Ia masih terlalu kecil, untuk menungguku datang dan menemaninya sampai tertidur di atas lenganku.

Ya.. seorang anak kecil itu tumbuh, banyak buatkan inspirasi dalam hari-hari dan ia hidup abadi di hatiku, yang biasanya kujadikan tinta dalam jari-jariku.

-----------------
Di ketik pada tanggal 06 Desember 2013
Ketika penulis menyadari ada gadis kecil menunggunya tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar